Minggu, 12 Agustus 2012

Agama Islam


Islam dan Disiplin Ilmu
Disusun untuk memenuhi salah satu nilai pada mata kuliah Pendidikan Agama


Disusun oleh :
Kelompok 4
Reisha Sandra (A10110258)
Anggota :
         Osha Roshalia Rosadi (A10110224)
         Mulya Mariana (A10110219)
         Jenny (A10110220)
         Senni Sari (A10110227)
         Tiarani (A)

MANAJEMEN 6
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS BANDUNG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatNya yang begitu indah sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Pendidikan Agama ini.
            Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam proses penulisan tugas ini. Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas dalam pengetahuan komputer. Teknik Data maupun Teknik Penyajian. Sehingga segala koreksi maupun saran yang bersifat penyempurnaan tugas ini.
            Terlepas dari segala keterbatasan yang penulis miliki, penulis berkeyakinan bahwa Tugas ini tidak akan terlaksana tanpa adanya, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga segala kebaikan, bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan pada Penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah  SWT.
Akhir kata, Penulis berharap semoga tugas Pendidikan Agama ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Oktober 2011

Penulis



i
 
 
Daftar isi


Kata pengantar …………………………………………………………………..     i          

Daftar Isi ………………………………………………………………………...     ii              


A. Kewajiban Menuntut Ilmu, Menguasai, Mengembangkan, dan Mengamalkan …….           1                

B. Akhlak Seorang Ilmuwan …………………………………………………….      8         


C. Contoh-contoh Akhakul Karimah  …………………………………………...      9          


Kesimpulan ………………………………………………………………………    11

Daftar Pustaka …………………………………………………………..……….    12







ii
 
 
Islam dan Disiplin Ilmu
A.Kewajiban Menuntut Ilmu, Menguasai, Mengembangkan, dan Mengamalkan
Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Orang-orang yang berilmu akan pula dimudahkan jalannya ke surga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sebenarnya ilmu hanyalah merupakan suatu alat untuk mendektkan diri kita kepada Allah. Adapun fungsi ilmu itu antara lain adalah :
1. Sebagai petunjuk keimanan (QS. 22:54, 3:7, 35:28)
2. Sebagai petunjuk beramal
“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka”   (HR. Daiylami)                               
(Ingat pula kisah Sayyidina Ali r.a. ketika disuruh memilih antara harta dan ilmu)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.



1
 
 
Allah memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang berilmu dengan memberikan berbagai keutamaan kepada mereka seperti yang tercantum dalam:
1. “Sebaik-baik umatku adalah ulama dan sebaik-baik ulama adalah yang berkasih sayang. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah akan mengampuni orang alim sebanyak 40 dosa dan setelah itu Allah mengampuni 1 dosa orang bodoh.”
2. “Dan ingatlah orang alim yang rahim (kasih sayang) akan datang pada hari kiamat dengan bercahaya dan akan menerangi antara barat dan timur seperti terangnya bulan purnama.”
3. “Allah akan tetap menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pasti Allah memudahkan baginya jalan untuk ke syurga. Dan apabila berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari rumah-rumah Allah (mesjid) dengan membaca Al-Qur`an dan mempelajarinya sesama mereka maka niscaya turun atas mereka ketentraman dan mereka diliputi rahmat dan dikelilingi para malaikat dan Allah menyebutnya dalam golongan yang adapada-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amalnya maka tidak akan dipercepat diangkat derajatnya.”
4. “Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga” (HR. Muslim).
5. “Barangsiapa memberikan petunjuk kebaikan maka baginya akan mendapatkan ganjaran seperti ganjaran yang diterima oleh orang yang mengikutinya dan tidak berkurang sedikit pun hal itu dari ganjaran orang tersebut.” (HR. Muslim).
6. “Jika anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal:
1) Ilmu yang bermanfaat
2) Sedekah jariyah
3) Anak Shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR. Muslim).
7. “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim).
.
2
 
Kewajiban menuntut ilmu tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu pengetahuan agama yang hukumnya fardlu ‘ain, karena beramal tanpa berilmu sama saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata Allah. Maka jika salah, kita dapat terjerumus ke perbuatan dosa. Umat Islam juga tidak boleh ketinggalan dalam hal ilmu pengetahuan dan tidak boleh pula menjadi orang yang bodoh karena orang pintar akan lebih disenangi. Dengan kepinteran yang kita miliki, kita tidak akan mudah ditipu dan dibohongi orang lain. Imam Syafiiy sendiri selalu merasa kurang akan ilmu yang dimilikinya dan selalu mencatat setiap ilmu yang diperolehnya karena takut lupa.
     Tuntutan  pertama berpikir ilmiah adalah memiliki sudut pandang tertentu, sehingga disiplin ilmu dapat dinyatakan berhak berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu yang berbeda atau terpisah dari ilmu lain, dimana sudut pandang tersebut akan menghasilkan apa yang disebut objek  formal ilmu yang objek materialnya bisa sama dengan ilmu lainnya.
     Objek materi ilmu-ilmu sosial, dimana ilmu pendidikan termasuk dalam kategori ilmu ini, misalnya manusia, sedangkan objek formalnya berbeda-beda. Sebagai contoh misalnya ;
1. Ilmu Sosiologi
2. Ilmu Antropologi
3. Ilmu Ekonomi
4. Ilmu Sejarah
5. Ilmu Psikologi
6. Ilmu Hukum
7. Ilmu Pendidikan
     Tugas ilmu adalah menjelaskan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini agar dapat dipahami, manfaat, dan terpelihara. Bagi Ilmuwan Muslim, semuanya itu dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT serta mengaggungkan asma-Nya semata.
    Dalam konsep pendidikan modern telah terjadi pergeseran pendidikan, diantaranya adalah pendidikan di keluarga bergeser ke pendidikan di sekolah dan guru adalah tenaga yang perofesional daripada sekedar tenaga sambilan (Djohar, 2003). Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan sekolah merupakan tumpuan utama bagi masyarakat, sehingga menutut penanganan yang serius dan profesional terutama dari kalangan guru dan siswanya, karena pelaku utama pendidikan adalah guru yang mengajar/mendidik dan siswa yang belajar.
Istilah Pendidikan dalam Kajian Islam :
3
 
   Kata “ustadz” digunakan untuk memanggil seorang yang ahli agama. Tugasnya untuk melakukan ta’lim, tarbiyah, irsyad.tadris, dan ta’dib.
     Kata “ta’lim” berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap hakikat sesuatu. Dalam setiap ‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi  amaliah (Al-Asfahani, 1972). Ini mengandung makna bahwa setiap aktivitas pendidikan berusaha mengajarkan ilmu pengetahuan baik ecara teoritis maupun praktisnya, atau ilmu dan pengamalannya.
    Kata “tarbiyah” berarti pendidikan. Kata-kata yang bersumber dari akar kata ini memiliki arti yang berbeda-beda, tetapi pada akhirnya arti-arti itu mengacu pada pengembangan, peningkatan, ketinggian, kelebihan dan perbaikan (Shihab, 1997).
     Kata “irsyad” biasa digunakan untuk pengajaran dalam Thariqah (Tasawuf) yang artinya aktivitas pendidikan yang berusaha menularkan penghayatann (transinternalisasi) akhlak dan kepribadian kepada psesrta didik, baik yang berupa etos ibadahnya, kerjanya, belajarnya, maupun dedikasinya yang serba “Lillahi Ta’ala” (karena mengharap ridha Allah semata).
     Kata “tadris” berasal dari kata “darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa dirasatan”, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan using, melatih dan mempelajari (Al-Muhjid, 1986). Aktivitas pendidikan merupakan upaya pencerdasan peserta didik, menghilagkan ketidaktahuan / memberantas kebodohan mereka serta melatih keterampilan mereka sesuai bakat, minat dan kemampuannya.
    Kata “ta’dib” bersaal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab (Al-Muhjid, 1986) atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. Aktivitas pendidikan merupakan upaya membangun peradaban / perilaku beradab yang berkualitas di masa yang akan datang.
    Kata “tazkiyah” berasal dari kata zaka’, yang berarti tumbuh / berkembang. Atau dari kata zakah yang berarti kesucian, kebersihan. Menumbuhkan / mengembangkan diri peserta didik / satuan social, sehinga ia menjadi suci dan bersih sesuai dengan fitrahnya.
    Kata “tilawah” berarti mengikuti, membaca/ meninggalkan. Pemdidikan merupakan upaya meninggalkan atau mewariskan nilai-nilai ilahi dan insani agar diikuti dan dilestarikan oleh peserta didik / generasi berikutnya.
Fungsi Pendidikan Islam :
1. mengembangkan pengetahuan teoretis, praktis dan fungsional bagi peserta didik,
4
 
2. menumbuhkembangkan kreativitas, potensi-potensi, atau fitrha peserta didik,
3. meningkatkan kualitas akhlak dan kepribadian, atau menumbuhkembangkan nilai insani dan nilai lahir,
4. menyiapkan tenaga kerja yang produktif,
5. membangin peradaban yang berkualitas (sesuai dengan nilai-nilai islam) di masa depan,
6. mewariskan nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai insani kepada peserta didik.

     Untuk mengembangkan filsafat, ilmu dan teori pendidikan islam diperlukan kerangka ontologis, epistemology dan aksiologisnya.
1. Ontologi Pendidikan Islam
    Merupakan asas penentuan batas / ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan (objek   formal pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat dari objek formal tersebut. Proses pengembangan itu menyangkut dimensi-dimensi pengetahuan (teoritis, praktis dan fungsional), kreativitas, potensi dan fitrah, akhlak dan kepribadian, sumber daya yang produktif, peradaban yang berkualitas, nilai-nilai ilahi dan insani..


2. Epistemologi Pendidikan Islam
5
 
    Merupakan asas mengenai bagaimana cara materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan, dalam hal ini pendidikan islam. Cara memperoleh ilmu pengetahuan sangat bergantung pada karakteristik materi itu sendiri. Jika karakteristiknya adalah empiris (sensual) , maka metode yang digunakan adalah observasi, eksperimen, dan induktif inferensial. Jika karakterisktik materinya adalah rasional/aksiomatik, maka metode analisis yang digunakan adalah metode deduktif. Jika karakteristiknya adalah hermeneutis, maka metode yang digunakannya adalah metode verstehe, yakni untuk menangkap makn yang lebih dalam, sehingga diperoleh kesimpulan kasus / metode rekletif, yakni metode analisis yang prosesnya antara empiris dengan yang abstrak.

3.  Aksiologi Pendidikan Islam
    Merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan. Pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan islam diperlukan etika profetik, yakni etika yag dikembangkan atas dasar nilai-nilau ilahiyah (qauliyah) bagi pengembangan dan penerapan ilmu.

    Cara pengembangan ilmu pendidikan islam bisa menggunakan metode penelitian ilmiah (saintifik), metode penelitian filosofis (kefilsafatan), dan metode mistik (sufistik). Hal ini tergantung pada apa yang diteliti. Ilmu pendidikan islam tidak mungkin hanya berisi ilmu sains pendidikan islam, tetapi pada bagian-bagian tertentu memerlokan teori filosofis, dan kadang-kadang juga memerlukan teori-teori yang nonempirik / tidak terjangkau oleh logika, sehinga memerluka metode penelitian mistik-sufistik.

   Ilmu yang kita dapat harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi manfaat khususnya bagi diri sediri dan umumnya bagi semua orang.. Sikap ikhlas harus ada saat kita akan mengamalkan ilmu agar ilmu yang kita amalkan mendapatkan ridha-Nya. Pengamaan ilmu yang didapatkan dapat dilakukan dalam berbagai tempat misalnya ;
1. Keluarga
2. Lingkungan sekitar rumah
3. Sekolah                                 
4. Lingkugan tempat kerja
   Selain itu, pengamalan ilmu yang didapat juga dapat dilakukan diberbagai bidang, misalnya;
1. Agama
2. Sosial
3. Politik
6
 
4. Ekonomi
5. Hukum
    Maka dari itu setiap manusia diwajibkan untuk mencari ilmu dan mengamalkannya dengan penuh rasa keikhlasan agar dapat menjadi banyak manfaat untuk semua orang serta tiada lain hanya utuk mendapat ridha Allah.















7
 
 
B. Akhlak seorang ilmuwan
akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku, perangai atau tabiat sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak mazmumah sebaliknya apabila perilaku tersebut baik disebut akhlakul mahmudah.
Berikut adalah akhlak dari seorang ilmuwan:
·         Pertama, bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Yang dimaksud dengan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu adalah merasa senang menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi.
·         Kedua, mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Contohnya adalah melawan akhlak tercela dengan akhlak terpuji, bersaing dengan cara sehat dan ma’ruf, menandingi kemaksiatan dengan kekuatan akidah dan keteguhan moral.
·         Ketiga, kritis dan rasional di dalam mendengarkan setiap pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi, atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi: “yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah di beri Allah petunjuk dan mereka itulah ulul albab”.
·         Keempat, bersedia menyampaikan kebenaran ilmunya kepada orang lain. Contohnya adalah bersedian mengingatkan masyarakat jikalau ada yang melakukan penyimpangan dan kesewenang-wenangan.
·         Kelima, tidak takut kepada siapapun kecuali Allah. Seorang ilmuwan harus berani memikul resiko, bertanggung jawab, tekun, konsisten, teguh pendirian, tabah, tahan menghadapi ujian, serta ikhlas karena Allah.



8
 
 
C. Contoh-Contoh Akhlakul Karimah
·         Akhlak Terhadap Allah
Akhlak yang baik kepada Allh berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadap Allah SWT., baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti salat, puasa, dan sebagainya.
Berakhlak yang baik antara lain melalui:
a.       Beriman,yakni  meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa yang difirmankan-Nya
b.      Taat, yaiyu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
c.       Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah dan mengharapkan sesuatu, kecuali keridhoan Allah.
d.      Khusyuk, yaitu melaksanakan perintah dengan sunguh-sungguh.
e.       Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah.
f.       Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu kegiatan atau rencana.
g.      Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
h.      Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu memperbanyak mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahuakbar.
i.        Istighfar, yaitumeminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuat.
j.        Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan mengucapkan Allahuakbar.
k.      Do’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.

·         Akhlak Terhadap Manusia
a.       Akhlak terhadap diri sendiri
1.      Setia (al-amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya.
2.     
9
 
Benar (as-shidiq), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan.
3.      Adil (al-‘adlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
4.      Memelihara kesucian diri (al-ifafah), yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan yang dapat mengotori dirinya.
5.      Malu (al-haya), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan  melanggar perintah Allah.

b.      Akhalak Terhadap Keluarga
1.      Akhlak Terhadap Orang Tua
-          Patuh
-          Ihsan
-          Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
-          Merendahkan diri di hadapannya
-          Berterima kasih
-          Berdoa untuk mereka atau meminta doa kepada mereka

·         Akhlak Terhadap Lingkungan
dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariannya. Agama islam memekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam, sebab alam yang rusak dapat merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia sendiri.








100
 
 
Kesimpulan
Kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim hukumnya wajib. Kewajiban menuntut ilmu tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu pengetahuan agama yang hukumnya fardlu ‘ain, karena beramal tanpa berilmu sama saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata Allah.
Akhlak dari seorang ilmuwan:
1)      Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.
2)      Mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
3)      Kritis dan rasional di dalam mendengarkan setiap pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi, atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain.
4)      Bersedia menyampaikan kebenaran ilmunya kepada orang lain.
5)      Tidak takut kepada siapapun kecuali Allah.
Contoh-Contoh Akhlakul Karimah
·         Akhlak Terhadap Allah : Beriman, Taat, Ikhlas, Khusyuk, Husnudzan, Tawakal, Syukur, Bertasbih, Istighfar, Takbir, Doa.
·         Akhlak Terhadap Manusia : Setia (al-amanah), Benar (as-shidiq), Adil (al-‘adlu), Memelihara kesucian diri (al-ifafah), Patuh, Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan.
·         Akhlak Terhadap Lingkungan : memelihara kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungan.









11
 
 
Daftar pustaka
 Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta : Pt.Raja Grafindo Persada. (Bab 1
         : Ilmu Pendidikan Agama Islam)
Muhammad Alim. 2006. Pendidikan Agama IslamUpaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung : Pt.Remaja Rosdakarya. (Bab71 : Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi )
Toto Suryana. 1997.Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Tiga Mutiara. (BabXI : Akhlak)
Ilyas Yunahar. 1999. kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI UMI.


12
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar